Pemerintah DKI Jakarta mulai melakukan uji coba program OK-Otrip, yang digeber oleh Wakil Gubernur Sandiaga Uno, di trayek Kampung Melayu-Duren Sawit.
Dalam uji coba itu sepuluh angkutan kota yang sudah dilengkapi mesin tap OK-Otrip dioperasikan. Namun, terdapat beberapa keluhan dari penumpang di hari pertama uji coba ini.
"Haltenya kejauhan. Naiknya enak, turunnya susah," kata Sri Munawaroh, 46 tahun, penumpang angkot OK-Otrip, dalam uji coba Ok-Otrip hari pertama pada Senin, 15 Januari 2018.
Sri mengeluhkan letak rambu pemberhentian angkot OK-Otrip di sepanjang Jalan Kebon Nanas yang jaraknya berjauhan hingga 500 meter. Padahal untuk turun dan naik, penumpang harus menunggu tepat di bawah rambu halte.
"Yah, Pak berhenti di sini aja deh, Pak. Jauh itu lokasinya," ujar Sri lagi.
OK Otrip adalah program yang diusung Anies-Sandi pada masa kampanye Pilkada 2017. Dilansir dari situs kampanye Jakartamajubersama.com, OK Otrip adalah penamaan untuk sistem transportasi yang mengintegrasikan bus Transjakarta, angkot, dan bus feeder.
Masyarakat yang ingin menjajal program OK-Otrip akan mendapat harga promosi pada 15 Januari-15 April 2018. Promo tersebut adalah tarif Rp 0 untuk angkot dan Rp 3.500 untuk naik bus Transjakarta.
Sandiaga Uno mengatakan, program itu diluncurkan untuk menurunkan biaya transportasi bagi warga DKI dengan konsep satu karcis untuk satu perjalanan. Harga satu karcisnya diusulkan sebesar Rp 5 ribu.
Ketua Koperasi Budiluhur Saud Hutabarat, selaku pemilik kendaraan angkot, mengatakan letak halte memang masih menjadi evaluasi dari uji coba OK-Otrip trayek OK-2 Kp. Melayu-Duren Sawit. Ia berjanji menyampaikan keluhan para penumpang tersebut kepada Dinas Perhubungan DKI agar segera diperbaiki. "Baru ada 22 titik halte di trayek ini, harusnya ada penambahan hingga 35 titik," ujar Saud.tempo.co
Loading...
Loading...